Mataram- bacaberita.today - Kondisi terkini Aisyah, bocah asal RT 02/RW 01 Desa Tambe Kec Bolo Kabupaten Bima saat disambangi Tim Yayas...
Mataram-bacaberita.today-
Kondisi terkini Aisyah, bocah asal RT 02/RW 01 Desa Tambe Kec Bolo Kabupaten Bima saat disambangi Tim Yayasan Endri Foundation Selasa, (17/10) di Ruang Moyo RSUP Nusa Tenggara Barat.
Melihat kondisi Aysah yang sejak seminggu hanya bisa terbaring di ruang rawat inap Tim pegiat sosial seperti Endri Foundation, Rangga Babuju Bima, Posko Bersama makin giat dalam melakukan yang terbaik untuk meringankan beban keluarga Aysah.
Seperti yang tengah beredar di berbagai media kondisi Aysah Sudah sangat memperihatinkan dimana di usianya yang baru 10 tahun harus menderita penyakit aneh. Ia didiagnosa menderita ‘Limfadenopati Multiple’. Seluruh kulitnya melepuh seperti bekas terbakar. Limfadenopati adalah istilah medis untuk menggambarkan adanya pembengkakan pada kelenjar limfe. Kelenjar limfe sendiri adalah organ tubuh yang berbentuk kacang polong yang tersebar di bawah ketiak, lipatan paha, leher, dada, dan perut.
Dalam kondisi yang sangat memperihatinkan dan ditambah dengan tingkat perekonomian yang terbilang sangat rendah Orang tua Aisyah, Yanto (35) dan Yusmul Yati (32), harus membanting tulang untuk bisa mengumpulkan dana pengobatan. Sudah setahun ini Aisyah di diagnosa menderita “Lympadenopaty Multiple”. Semacam pembengkakan pada leher, ketiak dan persendian lainnya. “Tidak hanya pembengkakan, tetapi juga tumbuh sisik di beberapa bagian persendiannya. Jadi 90 persen kulit tubuhnya terkelupas seperti habis terbakar,” terang Rangga.
Selain itu orang tua Aysah juga menceritakan bahwa putri kesayangannya sempat di rawat RSUD Bima, kemudian dirujuk ke RS Sanglah pada Mei 2017. Aisyah ditangani di RS Sanglah selama 3 kali dalam waktu 44 hari di Bali. Namun karena sudah tidak ada biaya hidup, mereka memilih pulang kembali ke Bima.
Seminggu sebelum pulang, saya dan istri saya terpaksa puasa setiap hari untuk mengurangi beban hidup. Sementara kami harus bayar kos juga Rp 800.000 per bulan, belum lagi kebutuhan salep untuk mengurangi perih luka Aisyah akibat kulit yg terkelupas, sembari menunggu jadwal penanganan yg memang demikian. Kami bisa apa disana (Bali), pak,” jelas Rangga mengutip cerita Yanto.
COMMENTS